Puasadan Esensi Ketakwaan. Takwa sebagai derajat kemampuan mengendalikan diri dapat dibedakan dengan keislaman dan keimanan. Hal itu tercermin secara implisit dalam pernyataan Al-Quran, Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, yang terdapat di banyak ayat. Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman masih disuruh
Disusun Oleh NAMA Fita Choiyanti NIM 201553023 PROGDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2015 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keimanan dan Ketaqwaan” ini dengan lancar. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Kudus, 29 Oktober 2015 Penulis Fita Choiyanti 2 Daftar isi 3 ABSTRAK Pada setiap agama, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari – adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam yakni percaya allah, percaya pada para Rasul, percaya pada malaikakt dan kitab allah, percaya pada risalah hari bangkit , pokok agama serta rela pada ketentuan allah. Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten istiqomah . Keimanan dan Ketakwaan sangat berperan dan berpengaruh penting buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini dikarenakan keimanan dan ketakwaan sebenarnya telah melekat pada manusia serta keimanan dan ketakwaan jugalah yang membentuk kerakteristik dan sifat kebaikan manusia. 4 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan. Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok. 5 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian iman? 2. Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman? 3. Apa pengertian takwa? 4. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan? Tujuan Masalah 1. Mendeskripsikan pengertian iman 2. Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman 3. Mendeskripsikan pengertian takwa 4. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan Manfaat 1. Bagi penulis melatih potensi penulis dalam menyusun makalah 2. Bagi pembaca dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari 6 BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Iman Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan taqwa kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 ÙˆَÙ…ِÙ†َ النَّاسِ Ù…َÙ†ْ ÙŠَتَّØِذُ Ù…ِÙ†ْ دُونِ اللَّÙ‡ِ Ø£َÙ†ْدَادًا ÙŠُØِبُّونَÙ‡ُÙ…ْ ÙƒَØُبِّ اللَّÙ‡ِ ۖ Ùˆَالَّذِينَ آمَÙ†ُوا Ø£َØ´َدُّ Øُبًّا Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ ۗ ÙˆَÙ„َÙˆْ ÙŠَرَÙ‰ الَّذِينَ ظَÙ„َÙ…ُوا Ø¥ِذْ ÙŠَرَÙˆْÙ†َ الْعَذَابَ Ø£َÙ†َّ الْÙ‚ُÙˆَّØ©َ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ جَÙ…ِيعًا ÙˆَØ£َÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ø´َدِيدُ الْعَذَابِ Artinya “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya niscaya mereka menyesal.” Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan Al-Immaanu aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup. 7 Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy 1 Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata الإيمان ÙÙŠ الشرع عبارة عن جميع Ø§Ù„ØØ§Ø¹Ø§Øª الباØÙ†Ø© والظاهرة “Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403]. An-Nawawiy menukil perkataannya الإيمان ÙÙŠ لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل بالأركان “Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146]. 2 Imaam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah berkata أجمع أهل الÙقه ÙˆØ§Ù„ØØ¯ÙŠØ على أن الإيمان قول وعمل، ولا عمل إلا بنية “Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238]. 3 Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata ØÙ‚يقة الإيمان مركبة من قول وعمل. والقول قسمان قول القلب، وهو الاعتقاد، وقول اللسان، وهو التكلّÙ… بكلمة الإسلام. والعمل قسمان عمل القلب، وهو نيته وإØÙ„اصه، وعمل الجوارØ. ÙØ¥Ø°Ø§ زالت هذه الأربعة، زال الإيمان بكماله، وإذا زال تصديق القلب، لم ØªÙ†ÙØ¹ بقية الأجزاء “Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’. Perbuatan juga ada dua perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran tashdiiq dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35]. Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya. 8 2. Tanda-tanda Orang yang Beriman Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut 1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya al-Anfal 2. Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami sebelumnya. 2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul Ali Imran 120, al-Maidah 12, al-Anfal 2, at-Taubah 52, Ibrahim 11, Mujadalah 10, dan at-Taghabun 13. 3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya al-Anfal3dan al-Mu’minun 2, 7. Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya. 4. Menafkahkan rezki yang diterimanya al-Anfal 3 dan al-Mukminun 4. Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin. 5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan al-Mukminun 3, 5. Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah. 6. Memelihara amanah dan menempati janji al-Mukminun 6. Seorang mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji. 7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong al-Anfal 74. Berjihad di jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa. 8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin an-Nur 62. Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul. Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut 9 1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik. 2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri. 3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat. 4. Senantiasa jujur dan adil. 5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi. 6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme. 7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut. 8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha. 9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. A. Toto Suryana AF, 1996 69. 3. Pengertian Taqwa Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten istiqomah . Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan. A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. B. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta. 10 C. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal. D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri. E. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan. 4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud. Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah Tidak ada Tuhan selain Allah lebih menekankan pengartian tauhid praktis tauhid ibadah. Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah. Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen. 11 Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. 12 BAB III KESIMPULAN Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu isi hati, ucapan, dan tingkah laku. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah QS Al-Anfal 2-4 yang artinya “bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka karena-Nya dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki nikmat yang mulia. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul. 13 BAB IV SARAN Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya meningkat. Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga. Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup. 14 DAFTAR PUSTAKA 15- Дидр իзυрацицէ уգофеηизв
- Аክи ዩескаγαլև
- Епиֆιбፏж укቧ
- ኩո оμιнեле ኙо
- Аγιфоκቹхθծ эпուщθлаջօ βባц ո
Menurutbuku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang ditulis oleh Tim Duta (2018), khutbah berasal dari bahasa Arab yang berarti pidato atau ceramah. Secara istilah, khutbah berarti ajakan dengan menyerukan orang lain agar meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan dengan cara menyampaikan pesan keagamaan sesuai rukun tertentu.
✉️ Soal Jawab 📈 CARA MENINGKATKAN KETAKWAAN DAN KEIMANAN BismillahAssalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. PERTANYAANBagaimana cara meningkatkan takwa dan keimanan kita? Jazaakallahu khairan. Dari Siva – PSM 1 JAWABAN وعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ Baraakallahu fikum…Definisi takwa adalah melaksanakan segala yang diperintahkan Allah dan meninggalkan segala yang dilarang. Dan di antara hal yang dapat membantu hamba untuk bertakwa adalah 1• Merenungkan perkara dunia dan akhirat, membandingkan kadar nilai keduanya, karena dengan mengetahui hal tersebut akan mengarahkan manusia untuk lebih fokus mencari kesuksesan akhirat, yaitu dengan memperoleh berbagai kenikmatan surgawi dan terselamatkan dari Neraka. 2• Kemudian, salah satu perkara yang dapat menambah ketakwaan di dalam hati adalah bersungguh-sungguh dalam mentaati Allah Ta’ala karena Allah akan membalas atas usahanya tersebut dengan menambahkan hidayah dan ketakwaan. 3• Di antara hal yang dapat mengantarkan manusia ke derajat takwa adalah bersemangat untuk melakukan dan memperbanyak puasa. Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan keistimewaan dalam puasa yang dapat membantu hamba melakukan dan mencintai ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman tentang keutamaan puasa يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi bertakwa.” [QS. Al-Baqarah 183] 4• Termasuk juga perkara yang mengantarkan kepada ketakwaan adalah berakhlak dengan akhlak dan sifat orang yang bertakwa yang telah Allah Ta’ala sebutkan di Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman “Bukanlah termasuk kebajikan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan di tengah perjalanannya, dan orang yang meminta-minta dan memerdekakan budak, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang jujur keimanannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [QS. Al-Baqarah 177] 5• Termasuk juga perkara yang mengantarkan kepada ketakwaan adalah berpegang teguh dengan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan menjauhi bid’ah yang diada-adakan dalam agama. Allah Ta’ala berfirman وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu Allah perintahkan agar kamu bertakwa.” [QS. Al-An’am 153] 6• Termasuk juga perkara yang mengantarkan kepada ketakwaan adalah tidak melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah. 7• Termasuk juga perkara yang mengantarkan kepada ketakwaan adalah merenungkan ayat-ayat Allah yang bersifat syar’iyah dan kauniyah. Allah Ta’ala berfirman إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ “Sesungguhnya pada pergantian siang dan malam dan seluruh yang Allah ciptakan di langit dan di bumi sunggu terdapat tanda-tanda bagi orang yang bertakwa.” [QS. Yunus 6] 8• Termasuk juga perkara yang mengantarkan kepada ketakwaan adalah sebagai berikut• Memperbanyak zikir kepada Allah dan membaca Al-Quran.• Bersahabat dengan orang-orang baik, yang senantiasa memberikan nasihat dan saling mengingatkan, serta menjauhi orang-orang yang berbuat kejelekan dan bid’ah.• Membaca biografi sirah orang-orang yang bertakwa, seperti orang-orang yang beriman dan saleh serta para Ulama, ahli zuhud dan ibadah. Wallahu a’lam. [ 🗞️ Diringkas dari والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم 📂 Referensi Tanya Jawab WAGrup Permata Sunnah Muslimah 🔏 Dijawab oleh Alfaqir ilallah Abu Muhammad Royhan hafidzahullah 📡 Silakan disebar Artikel ini dengan tetap mencantumkan sumber link asli dan tidak menambah atau mengurangi isi tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari admin.
MariBelajar Bersama di Internet. pertanyaan lucu,pertanyaan gombal,pertanyaan truth or dare,pertanyaan tentang maulid nabi,pertanyaan untuk calon ketua osis,pertanyaan tentang ilmu kalam,pertanyaan tentang akhlak,pertanyaan berikut yang benar adalah,pertanyaan apa,pertanyaan agama,pertanyaan aneh,pertanyaan alam kubur,pertanyaan adalah,pertanyaan absurd,pertanyaan apa siapa kapan dimana
Copyright 2012 – KEIMANAN DAN KETAKWAAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agama IslamDosen Pengajar Sugeng Santoso, MAG DISUSUN OLEH M. FIRMAN AKBAR BISNIS CM. LUDVI RAKHMAWAN BISNIS CILMU ADMINISTRASI BISNISFAKULTAS ILMU ADMINSTRASIUNIVERSITAS BRAWIJAYASEPTEMBER 2012 Pedidikan Agama Islam Keimanan dan Ketakwaan2 Copyright 2012 – Daftar Isi A. Pendahuluan ........................................................ 3B. Isi ........................................................ 4-91. Pengertian Iman ..................................................... 42. Wujud Iman .. ..................................................... 63. Proses Terbentuknya Iman .................................... 64. Tanda-Tanda Orang Beriman ................................ 75. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan ....................... 8C. Penutup ........................................................ 10D. Daftar Pustaka ........................................................ 11 Pedidikan Agama Islam Keimanan dan Ketakwaan3 Copyright 2012 – A. Pendahuluan Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain ataudengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosialmanusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidakmengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlaksangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanandan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengankata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pulaakhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utamauntuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensiyang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalandengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah olehlingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknyapotensi itu akan hilang secara ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, olehmasyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yangsebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalumenganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai artibahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkanhal tersebut berjalan begitu saja.
Manfaat keimanan buat diri adalah kita bisa mengendalikan emosi yang ada dalam diri sehingga pergaulan di masyarakat berbangsa dan bernegara kita akan merasa aman dan damai karena didasari iman dan takwa," imbuh Jamhari. Setiap agama, kata Jamhari, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya.
Oleh Ustadz Adi Hidayat KEIMANAN dan ketakwaan merupakan dua komponen penting yang mesti dimiliki setiap diri umat muslim. Bulan Ramadan bisa dijadikan sebagai momen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Namun, keimanan dan ketakwaan tidak hanya meningkat di bulan Ramadan saja, melainkan di bulan-bulan lainnya. Seseorang yang hendak menunaikan ibadah puasa, maka Allah SWT memberikan